Manfaat klinis ranibizumab untuk retinopati diabetik

“Artikel ilmiah – kompensasi sponsorship PT. Novartis Indonesia”

Abstrak:

Dengan semakin meningkatnya kasus diabetes secara global, tidaklah mengherankan kasus retinal diabetik juga ikut naik.1 Jumlah kasus diabetes naik setiap tahun, dan ini juga menaikkan jumlah komplikasi seperti retinopati diabetik dan edema makula yang dapat berujung pada kebutaan.1,2 Retinopati diabetik mencakup tahap tanpa gejala yang kelihatan, retinopati non-proliferatif, dan retinopati proliferatif  (PDR).3 Terobosan-terobosan diagnostik dan pilihan pengobatan baru yang kini tersedia memberi para dokter mata dan tenaga kesehatan peralatan yang mereka butuhkan untuk melakukan tatalaksana atas kondisi-kondisi tersebut.1 Ini harus dibarengi dengan penyaringan dini untuk mengidentifikasi kasus-kasus retinopati diabetik pada tahap awal.3 Artikel ini membahas beberapa pilihan terapeutik penting yang tersedia.  


Kata kunci: Retinopati diabetik, Edema makula

Dengan semakin banyaknya kasus diabetes secara global, tidaklah mengherankan bahwa kasus retinal diabetik juga ikut naik. Istilah retinopati diabetik mencakup kelainan mikrovaskular yang tampak di fundus mata penderita diabetes. Terobosan-terobosan dalam diagnostik-diagnostik dan pilihan-pilihan pengobatan yang lebih baru memberi para dokter mata dan tenaga kesehatan peralatan yang mereka butuhkan untuk melakukan tatalaksana atas kondisi-kondisi tersebut.1

Pada pasien pengidap retinopati diabetik, edema makula (DME) merupakan salah satu penyebab utama kebutaan.2 Pada DME, terdapat akumulasi cairan di dalam bagian sentral mata yang diakibatkan luruhnya penghalang darah retina akibat kebocoran fokal atau kebocoran kapiler yang lebih luas.1 Retinopati diabetik, yang mencakup tahap tanpa gejala yang kelihatan, retinopati non-proliferatif, retinopati proliferatif (PDR); dan DME. PDR dan DME termasuk salah satu penyebab tertinggi gangguan penglihatan, terutama di kalangan populasi pekerja, di beberapa negara.3

Apabila tidak disertai DME, strategi-strategi terapeutik PDR mencakup penggunaan fotokoagulasi laser retina (PRP) apabila ada hambatan dana.4 Kalau tidak ada hambatan dana, kepatuhan pengobatan, atau logistik, dapat diberikan rangkaian injeksi anti-VEGF.4 Apabila disertai edema makula diabetik yang melibatkan-senter, laser fokal + PRP dapat diberikan jika terdapat hambatan dana, kepatuhan pengobatan, atau logistik, dan  rangkaian injeksi anti-VEGF harus diberikan apabila  tidak terdapat hambatan-hambatan semacam itu.4  


Strategi terapeutik untuk pasien dengan DME1

  • Terapi laser: Meskipun terapi laser telah terbukti efektif, terapi itu sudah tidak menjadi pengobatan standar lagi berkat pilihan-pilihan terapeutik tersedia yang sudah lebih maju. Namun, indikasi-indikasi relatif mungkin mencakup aplikasi pada DME vasogenic subform yang memiliki kebocoran kapiler dan mikroaneurisma yang mengelompok berdasarkan fokal; dan DME dengan ketebalan retina sentral kurang dari 300 μm atau kelekatan vitreomacular yang terus terjadi.
  • Agen anti-VEGF: Bevacizumab merupakan antibodi monoklonal manusia, yang merupakan penghambat vascular endothelial growth factor (VEGF), dan penuh. Aflibercept berfungsi sebagai reseptor pengalih untuk mencegah pengikatan VEGF ke reseptornya. Ranibizumab merupakan antibodi monoklonal rekombinan dengan pecahan Fab yang humanized, yang menghentikan aktivitas semua isoform VEGF-A. Pilihan bevacizumab, aflibercept, dan ranibizumab harus diambil berdasarkan baseline skor huruf Best-Corrected Visual Acuity (BCVA). 
  • Steroid: Kortikosteroid merupakan pilihan kedua dan dapat diberikan kepada pasien non-responsif yang telah dicoba diberikan anti-VEGF. Ini dapat dianggap sebagai terapi lini-pertama bagi pasien-pasien yang pernah mengalami kejadian kardiovaskular mayor yang mengecualikan mereka dari pengobatan dengan anti-VEGF. 
  • Operasi: Karena efikasi dan manfaat terapi injeksi intravitreal anti-VEGF dan implan dexamethasone, operasi telah menjadi pengobatan lini-kedua untuk DME. Operasi dapat direkomendasikan untuk beberapa kasus berdasarkan status retina dan vitreous. 

Efikasi ranibizumab vs. pengobatan lain yang tersedia

Dalam beberapa tahun belakangan, ketersediaan dan efikasi pengobatan anti-VEGF telah mengubah protokol pengobatan yang lebih condong ke pengobatan-pengobatan di bawah ini untuk kondisi-kondisi yang berkaitan dengan penyakit retina diabetik.5-7

Studi RESTORE: Dalam studi RESTORE fase III, multisenter, yang berlangsung setahun penuh, nilai ranibizumab sebagai monoterapi atau dikombinasikan dengan laser diukur pada pasien-pasien penyandang diabetes (tipe 1 atau 2) dan DME yang berkaitan dengan gangguan penglihatan. Temuan-temuannya mengindikasikan bahwa ranibizumab ketika digunakan sebagai monoterapi atau dikombinasikan dengan laser menghasilkan ketajaman penglihatan yang lebih baik dibandingkan dengan laser standar, dengan peningkatan skor huruf BCVA yang lebih baik dari baseline ke bulan 1 hingga bulan 12 (+6,1, +5,9, +0,8). Yang lebih penting lagi, monoterapi ranibizumab dan yang dikombinasikan dengan laser tidak meningkatkan risiko kejadian cerebrovaskular atau kardiovaskular. Rata-rata ukuran ketebalan sentral retina berkurang jauh lebih signifikan dengan penggunaan ranibizumab (- 118,7 µm) dan ranibizumab dengan laser (- 128,3 µm) versus hanya laser (- 61,3 µm). Kualitas hidup juga menunjukkan peningkatan signifikan dengan hanya ranibizumab atau ketika dikombinasikan dengan laser, versus hanya laser. Tidak ada kasus endoftalmitis yang terjadi dan tekanan intraokular meningkat untuk 1 pasien pada masing-masing perlakuan ranibizumab.

Studi Protocol S: Studi ini dilakukan untuk menilai keamanan dan efikasi intravitreous ranibizumab vs. PRP dalam jangka 5 tahun pada pasien-pasien dengan PDR. Dalam Diabetic Retinopathy Clinical Research Network (DRCR.net), Studi Protocol S menunjukkan perubahan dalam ketajaman penglihatan (VA) dengan ranibizumab pada 2 tahun setara dengan perubahan dengan PRP. Pengobatan dengan ranibizumab menghasilkan kemajuan superior dalam ketajaman penglihatan selama 2 tahun, lebih sedikit kasus gangguan penglihatan DME, lebih sedikit kehilangan penglihatan perifer, dan lebih sedikit vitrektomi.  Temuan-temuan sepanjang rentang 5 tahun menunjukkan bahwa ketajaman penglihatan masih bagus setelah pengobatan bertahun-tahun. Pasien yang diobati dengan ranibizumab memiliki tingkat DME yang mengganggu penglihatan lebih rendah. Karena PRP telah dipandang efektif selama lebih dari 4 dekade, penting untuk mempertimbangkan apakah penggunaan anti-VEGF mengarah pada komplikasi serius karena ketiadaan fotokoagulasi laser retina. Namun, studi ini menunjukkan tingkat glaukoma neovaskular yang serupa atau neovaskularisasi iris (NV) pada kedua kelompok. Selain itu, DME yang merusak penglihatan terjadi pada 27 (pasien) di kelompok ranibizumab dan pada 53 (pasien) di kelompok PRP. Di samping itu, tingkat efek samping (AE) sistemik besar di antara kelompok-kelompok itu secara statistik tidak signifikan.6

Studi PRIDE: Studi yang dikontrol-aktif, acak, berlangsung selama setahun penuh ini dilakukan untuk mengukur efektivitas ranibizumab dengan atau tanpa fotokoagulasi laser retina (PRP) pada pasien-pasien pengidap PDR dengan memantau perubahan di area NV retina. Hasil penelitian mengindikasikan bahwa monoterapi dengan ranibizumab merupakan alternatif yang bagus untuk pengobatan laser bagi para pasien ini. Pada bulan 12, perubahan pada skor BCVA lebih besar pada kelompok yang menerima ranibizumab dibandingkan dengan mereka yang hanya menerima PRP (+1,6 huruf vs. -3,9 huruf; p=0,0495). Pada penilaian yang sama, terdapat perbedaan -2,83 mm² pada perubahan rata-rata persegi di area NV, yang membuktikan keunggulan penggunaan ranibizumab dibandingkan PRP. Tingkat AE kejadian kardiovaskular tampak rendah dalam kelompok-kelompok itu.7

Patizra® (ranibizumab)

Patizra adalah larutan obat yang diberikan oleh dokter mata Anda dengan cara disuntikan ke mata dalam kondisi anestesi lokal.  Larutan ini mengandung zat aktif ranibizumab, yang merupakan antibodi. Antibodi adalah protein yang secara spesifik mampu mengenali dan mengikat ke protein unik lain dalam tubuh. Ranibizumab secara selektif mengikat protein yang disebut sebagai human vascular endothelial growth factor A (VEGF-A), yang terdapat pada retina (bagian belakang mata yang sensitif terhadap cahaya).  Ranibizumab mengurangi pertumbuhan dan perkembangan  pembuluh darah baru pada mata, yang merupakan suatu proses abnormal yang dapat menyebabkan beberapa penyakit mata yang dapat mengakibatkan penurunan penglihatan. 

Patizra diindikasikan pada pasien dewasa untuk pengobatan neovascular (wet) age related macular degeneration (AMD), pengobatan gangguan penglihatan yang disebabkan oleh diabetic macular edema (DME), dan pengobatan retinopati diabetika proliferatif (PDR), pengobatan gangguan penglihatan yang disebabkan oleh macular edema sekunder karena retinal vein occlusion (RVO), pengobatan gangguan penglihatan yang disebabkan oleh choroidal neovascularisation (CNV) sekunder karena pathologic myopia (PM). Sedangkan pada bayi prematur, Patizra diindikasikan untuk Retinopathy of Prematurity (ROP). 8

Untuk informasi lebih jauh tentang Patizra®, lihat di sini.

Referensi:

  1. Schmidt-Erfurth U, et al. Ophthalmologica. 2017;237(4):185-222. 
  2. Browning DJ, et al. Indian J Ophthalmol. 2018;66(12):1736-50. 
  3. Ciulla TA et al. Diabetes Care. 2003 Sep;26(9):2653-64. 
  4. Mansour SE et al. Clin Ophthalmol. 2020;14:653-678. 
  5. Mitchell P, et al. Ophthalmology. 2011;118(4):615-25. 
  6. Gross JG, et al. JAMA Ophthalmol. 2018;136(10):1138-48. 
  7. Lang GE, et al. Acta Ophthalmol. 2020:98: e530-39. 
  8. Novartis. Patizra® (ranibizumab) informasi peresepan. Novartis Indonesia. 

Untuk mengakses materi seputar retina lainnya, Dokter dapat mengunjungi website Medhub kami dari PT Novartis Indonesia, sebagai berikut:

https://bit.ly/GangguanRetina