Brolucizumab dan degenerasi makula terkait usia neovaskular, Uji Klinis Fase III, Hawk dan Harrier

“Artikel ilmiah – kompensasi sponsorship PT. Novartis Indonesia”

Degenerasi makula terkait usia neovaskular juga dikenal sebagai wet AMD (Ref 1.1) adalah penyebab utama kehilangan penglihatan yang parah dan kebutaan total (Ref 1.1, 2.1) pada penduduk berusia 65 tahun (Ref 2.1)

Tingginya tingkat Vaso-Endothelial Growth Factor atau VEGF mendorong pembentukan pembuluh darah abnormal sehingga terjadi kebocoran cairan dan darah yang mengakibatkan pembengkakan dan kerusakan makula serta kehilangan penglihatan. (Ref 1.2, 2.2)

Brolucizumab merupakan fragmen antibodi rantai tunggal atau single chain antibody fragment (scFV) yang ampuh menghambat VEGF. (Ref 3.1) 

Uji klinis fase I dan II, SEE dan OSPREY menunjukkan bahwa pengobatan dengan Brolucizumab 6mg pada pasien wet AMD dapat memberikan durasi obat yang lebih lama dibandingkan dengan standard perawatan saat ini dan resolusi cairan yang kuat dapat dicapai. (Ref. 3.2, Ref. 4.1)

Uji  klinis Hawk dan Harrier fase III merupakan uji coba acak dan double masked yang melibatkan lebih dari 1800 pasien dengan lebih dari 400 lokasi penelitian di seluruh dunia. (Ref 5.1)

Pasien yang direkrut untuk uji coba berusia 50 tahun atau lebih, tidak pernah diobati dan memiliki nAMD aktif. (Ref 6.1) Pasien diacak untuk mendapatkan brolucizumab 6 mg, brolucizumab 3 mg atau aflibercept 2 mg  selama 96 minggu. (Ref 5.2)

Primary endpoint adalah non inferioritas terhadap aflibercept dalam perubahan rata-rata BCVA dari awal hingga minggu ke-48. (Ref 5.3). Secondary endpoint meliputi pengukuran BCVA, interval dosis dan hasil anatomi seperti adanya cairan, pertimbangan utama saat membuat keputusan pengobatan dan memahami aktivitas penyakit. (Ref 5.4, Ref. 6.2)

Kedua uji coba dimulai dengan fase yang sama, dari minggu ke-0 sampai minggu ke-16. Pada fase loading, regimen untuk semua pengobatan adalah sama. (Ref 6.3) Semua pasien mendapatkan injeksi intravitreal pada minggu ke-0, minggu ke-4 dan minggu ke-8. (Ref. 6.4)

Fase yang sama diikuti dengan fase pemeliharaan mulai minggu ke-16 sampai ke-96. Pada fase ini, pengobatan tidak lagi disamakan antar kelompok. Pasien dengan aflibercept mendapatkan injeksi intravitreal sesetiap 8 minggu, sesuai dengan label aflibercept saat studi dilakukan. Pasien yang diobati dengan brolucizumab mendapatkan injeksi sesetiap 12 minggu dengan pilihan hanya memberikan dosis sesetiap 8 minggu jika terdeteksi adanya aktivitas penyakit. (Ref. 5.5)

Penilaian Aktivitas Penyakit atau (Disease Activity Assessement) DAA pertama kali dilakukkan untuk semua kelompok pengobatan pada minggu ke-16. (Ref. 5.6) Aktivitas penyakit dinilai berdasarkan penurunan BCVA dan hasil anatomi. DAA selanjutnya dilakukan secara teratur di tiap waktu selama uji coba. Aktivitas penyakit sesuai protokol didasarkan pada penurunan BCVA karena adanya aktivitas nAMD. Namun, keputusan akhir terkait pengobatan dibuat oleh investigator berdasarkan penilaian klinis termasuk penilaian anatomi. (Ref. 6.5)

Jika aktivitas penyakit terdeteksi pada DAA, pasien yang menerima brolucizumab setiap 12 minggu menjadi setiap 8 minggu sampai akhir uji coba, tanpa ada pilihan untuk memperpanjang dosis menjadi setiap 12 minggu. (Ref. 5.7)

Pada minggu ke-48, titik akhir primer dinilai. Brolucizumab memenuhi titik ahir primer, menunjukkan non-inferioritas terhadap aflibercept dalam perubahan visus dari awal hingga minggu ke-48. Hasil ini dipertahankan sampai minggu ke-96. (Ref. 5.8)

Pengukuran anatomis menunjukkan lebih sedikit pasien yang diobati dengan brolucizumab memiliki cairan intraretinal dan/atau subretinal atau sub-RPE pada minggu ke-16 dan ke-48. Selain itu, pengobatan dengan brolucizumab menunjukkan penurunan CST yang lebih besar dari awal, minggu ke-16 dan ke-48. Hasil tersebut dipertahankan sampai pada minggu ke-96. (Ref. 5.9, Ref. 6.6)

Dosis setiap 12 minggu dipertahankan pada lebih dari 50% pasien dengan brolucizumab 6mg sampai minggu ke-48. (Ref. 6.7) Dari kelompok pasien ini, 75% atau lebih tetap mempertahankan regimen dosis setiap 12 minggu sampai minggu ke-96. (Ref. 5.10) Pada kedua uji klinis, keamanan brolucizumab secara keseluruhan dapat ditoleransi dengan baik. (Ref. 5.11)

Hawk dan Harrier adalah uji klinis nAMD pertama yang menggunakan investigator masal untuk mengidentifikasi aktivitas penyakit setelah fase loading untuk mengidentifikasi interval dosis pemeliharaan yang sesuai, berdasarkan kebutuhan pengobatan masing-masing pasien. Kedua uji coba memperlihatkan bahwa brolucizumab memiliki potensi untuk memberikan pengobatan yang tahan lama dan efektif mengontrol penyakit nAMD.(Ref. 5.12, Ref. 6.8)

Reference :

  1. Chopdar, A. et al. BMJ 2003;326:485–8
  2. Schmidt-Erfurth U., et al. Br J Ophthalmol 2014;98:1144–1167
  3. Dugel, P.U., et al. Ophthalmology 2017;124:1296-1304
  4. Holz, F.G., et al. Ophthalmology 2016;123:1080-1089
  5. Dugel, P.U., et al. Ophthalmology 2020;-:1-9
  6. Dugel, P.U., et al. Ophthalmology 2020;127:72-84

Untuk mengakses materi seputar retina lainnya, Dokter dapat mengunjungi website Medhub kami dari PT Novartis Indonesia, sebagai berikut: